Dunia jarang jadi tempat yang dengan senang hati menerima
serta akrab dengan metalhead yang berarti para pecinta musik
metal. Pendapat mereka yang selaksa
peraturan, cacian pemerintah, kritik pedas, perang yang tak kunjung
selesai,serbuan budaya populer yang meninabobokan nalar, kehidupan mapan saat ini tidak mentolerir hal
tersebut.
Tidak heran banyak yang membayangkan akan kepunahan komunikasi metal . Entah telinga
mereka yang tidak menyukai aliran musik metal atau mereka yang benci hingar-bingar
yang mereka anggap mengerikan. Tapi beberapa
tahun belakangan ini, Indonesia menunjukkan
keramah-tamahan mereka terhadap musik metal, melalui Hammersonic dan Rockin
Solo . Hal ini seolah menunjukkan bahwa
komunitas bawah tanah ini baik-baik saja dan masih segar bugar. Disisi
lain hal ini juga bisa dijadikan sejarah
besar dalam dunia metal yang
pantas terukir didalam sejarah, sejarah yang menjadi penyegar dahaga para pecinta musik Metal setelah lama
berpuasa.
27 April 2014 beberapa pekan yang lalu, festival musik
bertajuk “Hammersonic – Jakarta International Festival” mengibarkan sayapnya
kembali. Setelah sebelumnya Hammersonic hanyalah sebuah wacana dan diskusi,
kini menjadi annual fest dan pemuas dahaga para metalhead yang
sudah terlahir sejak tahun 2012. Ukiran sejarah besar ini tentu saja tidak begitu mudahnya dilewatkan
oleh para headbangers, walaupun
festival ini dipersingkat dari dua menjadi satu hari, tapi euforia masyarakat
Indonesia tidak berkurang sama sekali.
Hadirnya musisi trash metal legenda asal jerman Kreator serta Bullet for My Valentine pada Minggu 27 April 2014 tersebut semakin
memanaskan suasana. Keduanya baru pertama kali menyambangi festival musik
metal yang diklaim terbesar di Asia Tenggara itu. Bullet for My Valentine hadir
sebagai pembuka closing ceremony dan
Kreator yang dengan sukses menutup acara. Kehadiran Kreator yang
ditunggu-tunggu sebagai closing ceremony sedikit tertunda oleh permasalah teknis,
membuat acara tersebut molor selama hampir satu jam. “Saya ingin
melihat, moshing-pit yang paling
kacau dalam sejarah Hammersonic. Kalian siap, Jakarta?” ucapnya menantang para headbangers .
Phantom Antichrist berhasil
sempurna membuka acara dengan paduan lighting panggung yang didominasi warna merah, aksi mereka tak kalah
liar dengan penonton yang tak hentinya mengepalkan tangan sambil ikut bernyanyi
dan melakukan headbang.
“Terima kasih Indonesia, terima kasih Hammersonic telah membawa Kreator kembali. Kalian telah memberikan pengalaman dan kebrutalan yang sama, seperti sembilan tahun yang lalu,” ujarnya lagi disambut teriakan gemuruh para fans.
Kemeriahan Hammersonic 2014 membuktikan bahwa pertunujkan semacam ini masih menjadi magnet festival terbesar di Indonesia, tetapi kita juga tidak bisa mengesampingkan rock’in solo yang juga memberikan kontribusi terhadap dunia musik bawah tanah Indonesia. Sampai jumpa di Hammersonic 2015 \m/
0 komentar: